Baner-kabaronlineku.my.id
Home » The Exiled Knight of Elderwood Part 4 -Jejak Bahaya di Hutan Gelap

The Exiled Knight of Elderwood Part 4 -Jejak Bahaya di Hutan Gelap

The Exiled Knight of Elderwood Part 4-Jejak Bahaya di Hutan Gelap Kabaronlineku.my.id

The Exiled Knight of Elderwood Part 4 -Zenith bangun lebih pagi dari biasanya. Udara masih dipenuhi kabut tebal, dan embun menetes dari daun-daun tinggi di atasnya. Malam panjang yang ia habiskan di tepi jurang memberinya waktu untuk merenung, tetapi tidak cukup untuk membuat tubuhnya benar-benar beristirahat. Meski begitu, ia tahu bahwa berhenti bukanlah pilihan. Jalan panjang sudah menantinya, dan ia harus tetap melangkah.

Ia berjalan menembus hutan lebat. Cahaya matahari belum sepenuhnya menembus dedaunan, sehingga jalur yang ia tempuh terasa suram. Setiap suara kecil dari ranting patah atau hembusan angin membuatnya waspada. Dunia luar memang penuh misteri, namun juga menyimpan bahaya yang bisa muncul kapan saja. Di Elderwood, ia terbiasa menghadapi ancaman bersama kawan-kawan sesama kesatria. Kini, semua itu harus ia hadapi sendirian.

Langkah Zenith akhirnya membawanya ke sebuah jalur yang tampak berbeda. Tanah di sana lebih padat, seperti sering dilewati sesuatu. Ia berjongkok, memperhatikan jejak samar di tanah basah. Bentuknya jelas bukan manusia. Cakar panjang meninggalkan goresan dalam, menandakan makhluk besar sering melintas. Hatinya langsung waspada.

Ia menaruh tangannya di gagang pedang, mencoba mengingat semua pelajaran bertahun-tahun tentang membaca jejak. Nalurinya berkata ia sedang memasuki wilayah berburu seekor binatang buas. Namun alih-alih berbalik, ia justru terus maju. Baginya, lari dari bahaya hanya akan memperlemah tekad yang baru saja ia bangun.

zenith melawan beruang

Ikuti Kisah Lengkap The Exiled Knight of Elderwood Part 4 Hanya di Kabaronlineku.my.id

Saat siang hampir tiba, suara geraman berat terdengar dari balik pepohonan. Daun berguncang hebat, ranting patah, dan muncullah seekor beruang hutan raksasa. Tubuhnya dipenuhi bulu cokelat kusam, matanya merah seperti bara api. Hewan itu lebih besar dari kuda, dengan kuku panjang yang mampu merobek batu lunak. Zenith berdiri tegap, jantungnya berdegup kencang, tetapi ia tidak gentar.

“Jika aku lari sekarang, maka aku bukan lagi seorang kesatria,” gumamnya.

Pertarungan pun tak terelakkan. Beruang itu menerjang, cakarnya menyambar cepat. Zenith berkelit, pedangnya berkilat dalam cahaya samar hutan. Benturan pertama membuat tangannya bergetar, menunjukkan betapa kuat makhluk itu. Namun, latihan bertahun-tahun membuat gerakannya tetap teratur. Ia menunggu celah, mengukur setiap langkah, hingga akhirnya ia berhasil menorehkan luka di bahu beruang tersebut.

Hewan itu meraung, amarahnya semakin menggila. Tetapi Zenith tidak mundur. Dengan satu putaran cepat, ia mengayunkan pedang ke arah kaki depan, membuat sang beruang kehilangan keseimbangan. Ia lalu menusukkan pedangnya ke tanah, menatap langsung ke mata hewan itu. Beruang itu berhenti sesaat, lalu mundur perlahan ke balik pepohonan, meninggalkan Zenith yang berdiri terengah-engah.

Pertarungan itu bukan kemenangan penuh, tetapi cukup untuk membuktikan sesuatu pada dirinya: ia mampu bertahan hidup, bahkan menghadapi ancaman yang tampak mustahil. Luka kecil di lengannya mengingatkan bahwa setiap hari di pengasingan adalah pertaruhan hidup. Namun, setiap tetes darah juga membangun keyakinan baru di dalam dirinya.

zenith kelelahan

Ikuti Kisah Lengkap The Exiled Knight of Elderwood Part 4 Hanya di Kabaronlineku.my.id

Zenith duduk di sebuah batang pohon tumbang setelah itu. Nafasnya masih berat, tubuhnya terasa lelah, tetapi hatinya sedikit lebih ringan. Ia tahu bahwa dunia luar memang keras, tetapi ia mulai mengerti bahwa setiap tantangan bisa menjadi guru baru baginya.

Sore tiba, dan kabut perlahan menipis. Cahaya keemasan dari matahari sore menembus celah-celah pepohonan, seolah memberi penghargaan kecil atas perjuangannya hari itu. Zenith tersenyum tipis, sebuah senyum yang jarang muncul sejak ia diusir dari Elderwood.

“Jika ini adalah jalan yang harus kutempuh, maka aku akan melaluinya,” ucapnya pada dirinya sendiri.

Ia pun kembali berdiri, meraih pedangnya, dan melanjutkan perjalanan. Jejak langkahnya menyatu dengan tanah hutan, meninggalkan cerita baru tentang seorang kesatria yang diasingkan, namun tidak pernah menyerah.

Hari itu berakhir dengan langit memerah di ufuk barat, sementara Zenith terus melangkah menuju takdir yang belum ia ketahui.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *