The Exiled Knight of Elderwood Part 5 -Zenith kembali berjalan menembus hutan setelah pertempuran sengit melawan beruang hutan. Luka di lengannya masih terasa perih, tetapi tidak cukup parah untuk menghentikan langkahnya. Setiap kali ia menatap pedangnya, ia teringat bahwa pengasingan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang yang harus ia jalani.
Hari itu langit cerah. Sinar matahari menembus dedaunan, menciptakan bayangan bergerak di tanah. Suara burung dan serangga menjadi musik alami yang menemaninya berjalan. Meskipun begitu, rasa sepi masih menempel erat di dalam dadanya. Tanpa Elderwood dan tanpa orang-orang yang dulu mempercayainya, jalan yang ia tempuh terasa begitu asing.
Zenith akhirnya tiba di sebuah persimpangan jalan kecil yang tampak tua dan jarang dilalui. Tanah di sana dipenuhi dedaunan kering, sementara papan kayu penunjuk arah sudah miring, nyaris roboh. Ia berhenti sejenak, mencoba meraba-raba ke mana langkahnya harus diarahkan.
Saat itulah, suara ranting patah membuatnya menoleh. Dari balik pepohonan, muncullah seorang pengelana muda. Rambut pirangnya tampak kusut, matanya biru cerah memancarkan rasa penasaran yang hidup meski wajahnya letih. Pakaiannya lusuh, dan di punggungnya tergantung tas kulit besar. Sebilah belati tua menggantung di pinggangnya.
Zenith menegakkan tubuhnya, siap siaga. “Siapa kau?” tanyanya dengan suara tegas.
Perempuan itu mengangkat kedua tangannya perlahan, tanda bahwa ia tidak berniat jahat. “Namaku Lyanna,” ucapnya dengan suara serak lelah. “Aku hanya seorang musafir yang tersesat. Sudah berhari-hari aku berjalan tanpa arah.”

Ikuti Kisah Lengkap The Exiled Knight of Elderwood Part 5 Hanya di Kabaronlineku.my.id
Zenith masih menatapnya penuh curiga, tetapi kemudian menurunkan pedangnya. Dalam hati, ia tahu bahwa tidak semua orang di luar Elderwood adalah musuh. Lyanna terlihat lemah, bahkan rapuh. Namun, Zenith juga sadar bahwa penampilan bisa menipu.
Mereka akhirnya duduk berhadapan di sebuah batu datar di dekat persimpangan. Lyanna bercerita bahwa ia berasal dari sebuah desa kecil yang hancur akibat serangan perampok. Sejak saat itu, ia berjalan tanpa tujuan, berharap menemukan tempat yang bisa memberinya harapan baru.
Zenith mendengarkan dalam diam. Ada sesuatu dalam cerita Lyanna yang terasa akrab yaitu perasaan kehilangan, perasaan tidak diterima, perasaan tersesat dalam hidup. Ia menyadari bahwa pengasingannya bukanlah satu-satunya luka yang ada di dunia ini.
“Kenapa kau tidak kembali ke desamu?” tanya Zenith.
Lyanna menunduk, jemarinya menggenggam belati tua di pangkuannya. “Tidak ada lagi yang bisa kucari di sana. Aku hanya punya diriku sendiri.”
Zenith menarik napas panjang. Kata-kata itu menggema di dalam dirinya. Sama seperti Lyanna, kini ia hanya memiliki dirinya sendiri. Namun, melihat perempuan itu, ia mulai berpikir: mungkin perjalanan ini tidak harus ia jalani sendirian.
Mereka menghabiskan sisa sore dengan berbincang, saling bertukar cerita tentang masa lalu. Lyanna kagum mendengar bahwa Zenith dulunya seorang kesatria. Ia bahkan berkata bahwa tidak semua orang bisa tetap tegak setelah diusir dari rumahnya sendiri.

Ikuti Kisah Lengkap The Exiled Knight of Elderwood Part 5 Hanya di Kabaronlineku.my.id
Saat matahari mulai tenggelam, Zenith berdiri. “Aku akan terus berjalan,” katanya. “Aku tidak tahu ke mana, tapi aku tahu aku tidak boleh berhenti.”
Lyanna menatapnya, lalu tersenyum tipis. “Kalau begitu… biarkan aku ikut. Setidaknya, dua orang lebih baik daripada satu. Dunia ini terlalu berbahaya bagi mereka yang berjalan sendirian.”
Zenith terdiam. Dalam hatinya, ia tahu menerima orang lain berarti juga membuka kemungkinan untuk dikhianati. Tetapi ia juga sadar, kebersamaan bisa menjadi kekuatan.
Akhirnya, ia mengangguk. “Baiklah. Tapi kau harus tahu, jalanku tidak mudah. Ada bahaya yang mungkin lebih besar daripada yang pernah kau bayangkan.”
Lyanna menegakkan bahunya. “Aku sudah kehilangan segalanya. Apa pun yang terjadi, aku siap.”
Malam itu, mereka menyalakan api unggun kecil di persimpangan. Zenith menatap bintang-bintang seperti malam-malam sebelumnya, tetapi kali ini ia tidak merasa sepenuhnya sendirian. Ada seseorang di sampingnya, seseorang yang mungkin bisa mengingatkannya bahwa pengasingan tidak harus berarti kesepian.
Perjalanan panjang masih terbentang, penuh misteri dan bahaya. Namun kini, langkah Zenith tidak lagi terdengar sendiri di jalan sunyi itu.