Pertanyaan tentang bumi itu bulat atau datar masih saja muncul meskipun kita hidup di era teknologi yang sangat maju. Perdebatan ini menjadi bahan diskusi hangat di media sosial, forum online, hingga perbincangan santai sehari-hari. Di satu sisi, mayoritas masyarakat dan ilmuwan meyakini bahwa bumi berbentuk bulat. Di sisi lain, masih ada kelompok yang bersikeras bahwa bumi itu datar.
Kondisi ini membuat banyak orang bingung harus percaya pada siapa. Untuk itu, mari kita bahas persoalan ini dari sisi ilmiah, sudut pandang para ahli, hingga pandangan dalam ajaran Islam, agar kamu bisa menilai berdasarkan informasi yang tepat dan bukan sekadar asumsi.
Bukti Ilmiah Menunjukkan Bumi Itu Bulat

Dari zaman dahulu, para ahli astronomi sudah menemukan bahwa bumi tidak datar. Salah satu yang terkenal adalah Eratosthenes, ilmuwan Yunani kuno yang berhasil mengukur keliling bumi hanya dengan mengamati bayangan matahari di dua tempat berbeda. Perhitungannya sangat akurat meski dilakukan lebih dari dua ribu tahun yang lalu.
Penjelasan modern dari bentuk bumi pun semakin kuat dengan teknologi satelit dan perjalanan luar angkasa. Foto-foto yang diambil dari luar angkasa dengan jelas menunjukkan bahwa bumi berbentuk bulat. Selain itu, ketika kamu melihat kapal yang berlayar menjauh ke lautan, kapal itu akan tampak menghilang dari bagian bawah terlebih dahulu, bukan sekaligus. Ini membuktikan bahwa permukaan bumi melengkung.
Fakta lainnya datang dari hukum gravitasi. Gaya gravitasi menarik semua massa ke arah pusat bumi. Dalam hukum fisika, gaya ini menyebabkan bentuk paling stabil adalah bentuk bulat. Maka tidak heran jika planet, bulan, dan bintang semua berbentuk bulat, bukan datar.
Teori Bumi Datar dan Kenapa Masih Dipercaya

Meskipun bukti ilmiah begitu jelas, masih ada sebagian orang yang percaya bahwa bumi itu datar. Mereka sering menyebut diri sebagai komunitas Flat Earth. Mereka menganggap bahwa semua informasi dari lembaga luar angkasa seperti NASA hanyalah tipuan besar yang disusun oleh elit global.
Komunitas ini tidak percaya pada gravitasi, dan beranggapan bahwa bumi adalah piringan datar yang dikelilingi oleh tembok es. Matahari dan bulan mereka yakini hanya mengitari permukaan bumi, bukan benda langit yang sangat jauh.
Banyak dari pendapat mereka didasarkan pada pengamatan visual sehari-hari dan penafsiran harfiah terhadap teks kuno. Namun mayoritas ahli menilai bahwa kepercayaan ini tidak memiliki dasar ilmiah yang bisa diuji dan dibuktikan secara objektif. Bahkan berbagai eksperimen yang dilakukan oleh komunitas bumi datar sendiri justru berakhir mendukung teori bumi bulat.
Pandangan Islam Tentang Bentuk Bumi
Dalam ajaran Islam, Al-Qur’an menyebutkan bahwa bumi itu “dihamparkan”. Sebagian orang yang percaya bumi datar menganggap ini sebagai bukti bahwa bumi benar-benar datar secara fisik. Namun para ahli tafsir Islam menjelaskan bahwa istilah tersebut bukan merujuk pada bentuk bumi, melainkan pada kenyamanan dan kelayakan bumi untuk dihuni manusia.
Beberapa ilmuwan muslim klasik seperti Al-Biruni dan Ibnu Hazm bahkan sudah sejak lama menyatakan bahwa bumi berbentuk bulat. Al-Biruni berhasil mengukur radius bumi dengan metode observasi dan hasilnya mendekati angka yang dihitung oleh para ilmuwan modern.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern, justru mendukung pencarian kebenaran melalui observasi dan pemikiran rasional.
Opini Masyarakat dan Pentingnya Literasi Sains
Banyak dari perdebatan ini muncul karena rendahnya literasi sains di masyarakat. Tidak semua orang memiliki akses atau keinginan untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika, astronomi, dan matematika. Akibatnya, teori yang terdengar unik dan berbeda justru dianggap menarik dan dipercaya.
Penting bagi kamu untuk membedakan antara opini dan fakta. Opini boleh dimiliki siapa saja, tapi fakta harus didasarkan pada bukti yang bisa diuji dan diulang. Kamu bisa punya opini bahwa bumi itu datar, tapi jika tidak ada bukti kuat dan bisa dibuktikan secara ilmiah, maka opini itu tidak akan berdampak pada pengetahuan manusia secara keseluruhan.
Sains bekerja berdasarkan pengamatan, eksperimen, dan konsistensi hasil. Setiap klaim harus bisa diuji dan dibuktikan. Itulah sebabnya teori bumi bulat diterima oleh komunitas ilmiah dunia karena telah melalui proses panjang dan terbuka.
Kesimpulan
Dari semua penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa bentuk bumi yang sebenarnya adalah bulat. Ini bukan sekadar klaim, tetapi merupakan hasil pengamatan langsung, perhitungan matematis, hukum fisika seperti gravitasi, dan konsensus para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Bahkan dalam pandangan Islam, para ilmuwan muslim terdahulu sudah mengakui bentuk bumi yang bulat tanpa bertentangan dengan ajaran agama.
Kamu tetap boleh memiliki opini, tapi penting untuk memastikan bahwa opini itu tidak menyesatkan atau menolak kebenaran yang sudah dibuktikan secara ilmiah. Literasi sains akan membuat kamu lebih bijak dalam menanggapi informasi, terutama di era media digital yang sering menyebarkan teori tanpa dasar.
Belajar tentang bumi dan alam semesta tidak hanya menambah wawasan, tapi juga memperkuat rasa syukur dan kekaguman terhadap ciptaan Tuhan. Maka dari itu, jangan ragu untuk terus mencari kebenaran, selama itu dilakukan dengan akal sehat dan semangat mencari ilmu.